Hari itu aku ada piket kelas, itulah
alasanku datang sepagi ini.setelah cukup puas melihat wajah cantiknya, aku berjalan
pelan ke arah kelasku, yang tepat berada kanan kantin dan didepannya ada sebuah
tangga menuju kelas lain yang berada diatas.
Aku langsung mengambil sapu di pojok
kanan paling belakang yang telah bercampur sampah. 5 menit kemudian setelah aku
menyapu seadanya, aku duduk dibangku ku. Membuka tas dan mengambil sebuah
komik.
Tak lama kemudian beberapa murid mulai
datang. Dan dengan tatapan heran melihat kearah ku. Sambil berkata.
“gak biasanya datang pagi? Kerasukan
arwah siapa?”
Aku membalas dengan pelan sambil tetap
membaca komik yang kupegang
“hmm, lagi piket”
“piket?” tatapnya heran sambil mengambil
sebuah botol bekas di bawah kakinya
“masih banyak sampah gini” katanya
sambil memperlihatkan sebuah botol bekas.
“sengaja, kalo semuanya saya buang yang
lain kan gak bisa piket.” Kataku tanpa melepas pandangan dari komik yang
kupegang.
Dia menyipitkan matanya, menatap tajam
kearahku, dari matanya aku tau dia mungkin sedikit kesal dengan perkataanku.
Jujur saja, membangun kantin disamping
sebuah kelas adalah hal yang aneh, amat sangat aneh. Bagaimana seseorang bisa
belajar dengan baik jika pukul 11 disetiap harinya tercium wangi ayam goreng
dengan bumbu sambal terasi, dan para murid masih harus memperhatikan gurunya
yang tenkgah asik menjelaskan sebuah rumus kimia. Sambil berkata
“tahan godaan itu anak anak, ibu juga
laparr”
Dan 5 menit setelah kata itu terucap
guru itu pergi ke luar kelas. Sambil berkata “ibu ada urusan sebentar, kerjakan
buku kerja halaman 77”
saat jam isthirahat, ada satu hal yang
paling sering kulakukan, yaitu membaca. Terlihat bodoh memang, aku terbiasa
membaca komik saat isthirahat, karena biasanya tidak terlalu banyak orang
didalam kelas, jadi kupikir ini waktu yang tepat untuk membaca komik. Aku duduk
didepan meja guru, bagian kiri dan paling depan.
Aku mulai membuka tas dan mengambil
mengambil komik yang sudah kubawa dari rumah. komik itu bercerta tentang
seorang detektif yang berusaha memecahkan kode dari seorang pencuri. tubuhku
menyender kedinding di sisi kiri dan mengarahkan pandangan kearah pintu masuk
kelas. Sambil perlahan mengarahkan mata kesetiap bagian buku itu, dan membuka
satu demi satu halamannya.
Dan ntah kenapa saat sejenak aku
mengalihkan mataku dari buku itu, mencoba kembali kedunia nyata. Aku malah
terseret kembali, kedunia yang berbeda. Dunia yang penuh dengan pesonanya.
Tanganku menyela bagian tengah buku untuk menjadi penanda bagian mana yang
telah kubaca, tapi mataku malah mengarah padanya. Dan mungkin sudah berapa kali
aku mematung melihatnya. Tapi pesonanya tidak pernah memudar setiap ku
memandangnya
“kenapa? Ada yang salah dengan wanita
itu?” seorang teman bertanya sambil
menepuk bahu kananku dan duduk tepat disisi kanan
“bukan begitu” ucapku pelan, sambil
mengalihkan pandangan ku kembali ke wanita itu
“jadi, kenapa kau terdiam?” matanya
menatap kearah wanita itu mengikuti arah pandanganku
“entahlah, aku juga bingung” dengan
perlahan ku hembuskan napas, sambil tetap pandangku mengarah padanya
“apa mungkin kau suka dengannya?” dia
tersenyum kecil menahan tawa, sambil menatap kembali kearahku
“mungkin ya, mungkin juga tidak. Tapi
yang jelas ada sesuatu hal didalam dirinya yang sangat ku kagumi” sambil menghebuskan napas yang panjang, kini
mataku kembali pada komik di tangan kananku. Membaca dan mengikuti alur cerita
didalam komik itu.sejenak melupakan pesonanya.
Dan waktu berjalan cepat, tanpa aku
sadari jarum panjang jam sudah berputar 5 kali. Tepat saat guru ekonomi
menjelaskan tentang isi buku yang kupegang, bel berbunyi tiga kali. Pertanda
akhir pelajaran hari ini. setelah dentingan ketiga bel itu, guru didepanku
mulai membereskan buku yang dipegangnya, dan memasukanya kedalam sebuah tas
kecil berwarna hitam.
“hari ini pelajaran cukup sampai disini,
kita lanjutkan minggu depan” dan guru itu pun berjalan pelan ke arah pintu
keluar, meninggalkan kami yang duduk dikelas.
Beberapa murid mulai bergegas memasukan
beberapa buku yang berserakan diatas mejanya. Dan beberapa lainnya sudah siap
untuk pulang, karena tak ada satupun buku diatas mejanya yang harus dia
bereskan. Atau lebih tepatnya dia sama sekali tidak membawa buku pelajaran
didalam tasnya.
Jangan heran, saat pemeriksaan tas minggu
lalu, yang dilakukan oleh pihak sekolah. Banyak murid yang tertangkap tangan
membawa benda benda cukup aneh kesekolah.
saat mengemabalikan buku sastra
indonesia yang kupinjam dari perpustakaan beberapa hari lalu aku mendengar
percakapan antar dua orang murid wanita yang dengan terang terangan dan suara
yang cukup keras berkata,
“mampus, kena karma tuh orang. itulah
akibatnya karena terlalu sombong. Rasarin lipstick mahal diambil sama guru”
Aku juga mendengar beberapa kabar saat
berjalan melewati kelas 10-5 saat pulang sekolah kemarin. 3 orang yang duduk
tepat didepan kelas sambil berkata
“pokoknya, gitar akustik yang kena razia
kemarin, harus lu ganti”
Dan yang terakhir beberapa jam lalu saat
aku ditugaskan untuk mengembalikan patung kerangka manusia ke ruang guru
biologi. Tepat diatas buku cetak biologi ada setumpuk kartu remi yang biasa
dipakai beberpa murid untuk mencoba keberuntungannya hari ini,dalam mendapatkan
uang jajan lebih, dan aku juga melihat beberapa kartu yu-gi-oh.
Aku memang terbiasa berdiam diri
disekolah sambil membaca komik yang kubawa hingga matahari tertup awan sore.
Jadi saat siswa lain sudah duduk dirumah atau sedang asik duduk dipojok sebuah
pusat perbelanjaan sambil menggengam sebuah minuman dingin, aku masih berada
disekolah.
Dan aku bukan satunya satunya orang yang
berpikiran seperti itu, beberapa orang dikelas ku juga berpikir dengan cara
yang sama sepertiku. Bedannya jika aku menunggu dengan membaca komik, beberapa
temanku menunggu dengan mendownload beberapa film menggunakan wifi sekolah.
Dan saat aku bertanya apakah tidak
apa-apa menggunakan fasilitas sekolah untuk kepentingan pribadi, mereka
menjawab dengan santai.
“bukankah fasilitas sekolah memang harus
dimanfaatkan?” dengan senyum yang tertahan dibibirnya, dan matanya tetap menuju
kelayar komputer mencari film mana yang akan dia download selanjutnya.
Ada juga beberapa orang dari kelas
sebelah yang datang sambil menenteng sebuah gitar, setelah beberapa menit
saling tertawa dan berbicara, satu orang yang memegang gitar mulai
memainkannya, dan tak lupa disertai dengan beberapa lirik tentang percintaan.
Tepat setelah reff lagu itu aku dengar,
aku berdiri melangkah kerah pintu keluar, berjalan dan berpikir tempat mana
yang bagus untuk melanjutkan membaca komik yang kupeganag. Tepat setelelah kaki
kananku keluar dari pintu kelas, aku terpikir tempat yang bagus, dan cukup
tenang untuk membaca.
Aku berjalan menghadap kanan, melewati 2
kelas dan wc pria, tepat didepan ruang bk aku duduk menghadap kearah lapangan,
tidak banyak eskul yang melakukan kegiatan hari ini, dan itulah alasanku duduk
disini.
Tepat sebelum aku membaca komik yang
kupegang seseorang menepuk punggungku dengan cukup keras. Membuat komik yang
kupegang jatuh ketanah.
“oi, gak bosen lu baca komik terus?” tanpa
rasa bersalah dia duduk tepat disamping kananku, dan dengan santainya menyisir
rambut dengan tangan kanannya. Tetap dengan wajah seperti beruang dan alis
kanan yang dinaikan.
Tangan kananku mengambil komik yang
jatuh tadi, dan dengan tatapan kosong aku melihat kearahnya, sambil berkata
“terima kasih, sekarang hidup gua lebih berwarna”
Mendengar itu, dia hanya tertawa dengan
rahang yang terbuka lebar, menunjukan gusi hitam dan cabe merah yang terselip
di gigi taringnya.
FOR THE FAIREST part5