Tipografi disebut juga sebagai
ukiran bentuk;
ialah susunan baris-baris atau bait-bait suatu puisi. Termasuk ke
dalam tipografi ialah penggunaan huruf-huruf untuk menuliskan kata-kata
suatu puisi.
Seperti kita ketahui,dalam menuliskan
kata-katanya, setiap penyair memiliki kegemaran sendiri-sendiri. Ada
yang selalu menuliskan semua katanya dengan huruf kecil semua, ada pula
yang selalu menggunakan huruf besar pada setiap permulaan kalimat atau
baris baru puisinya. Juga dalam menggunakan tanda-tanda baca. Ada yang
dalam seluruh puisinya tanpa menggunakan sebuah tanda bacapun. Tetapi
ada pula yang dengan setia menggunakan tanda baca.
Berikut ini beberapa
contoh berbagai tipografi tersebut :
1. Menggunakan huruf kecil semua dan tanpa tanda baca,
paman-paman tani utun
ingatlah
musim labuh sawah tiba
duilah
musim labuh kurang tidur ya paman
kerja berjemur dalam lumpur tak makan
sawah-sawah menggempur hancur
merpatinya wokwok ketekur
(PAMAN-PAMAN TANI UTUN, Piek Ardijanto Suprijadi,
Angkatan 66, hal. 462)
2. Menggunakan huruf besar pada setiap awal kalimat, tanpa tanda baca,
Di depan gerbangmu tua pada hari ini
Kami menyilangkan tangan ke dada kiri
Tegak dan tengadah menetap bangunanmu
Genteng hitam dinding kusam berlumut waktu
(ALMAMATER, Taufiq Ismail,
Angktan 66, hal. 151)
3. Menggunakan huruf besar-kecil dan tanda baca lengkap,
Kukitari rumahMu.
Kukitari rumahMu bersama jutaan umat
Ketika Kauturunkan rahmat
meresap ke dalam hati, memercik di sudut mata :
Tuhanku, Tuhanku, ampuni segala dosa kami
Ulurkan tanganMu, bimbing kami
ke jalan lurus yang Kauridoi.
Di bumi ini
dan di akhirat nanti.
(SEMENTARA THAWAF, Ajip Rosidi)
4. Sebagian baitnya menjorok ke dalam,
Laksana bintang berkilat cahaya,
Di atas langit hitam kelam,
Sinar berkilau cahya matamu,
Menembus aku kejiwa dalam.
Ah, tersadar aku,
Dahulu ....................................
Telah terpasang lentera harapan
Tetiup angin gelap keliling.
Laksana bintang di langit atas,
Bintangku Kejora
Segera lenyap peredar pula,
Bersama zaman terus berputar
(SEBAGAI DAHULU,
Aoh Kartahadimaja, Gema tanah Air, hal. 51
Mengenai
tipografi yang berhubungan dengan susunanbaris atau kalimat dalam
tisap bait ini pun masih banyak lagi ragamnya.Adapaun maksud penyusunan
tipografi yang beraneka macam itu,secara garis besar dapat dibedakan
atas 2 (dua) macam :
1). Sekedar untuk keindahan indrawi; maksudnya sekedar agar susunan puisi tersebut nampak indah dipandang.
2). Untuk membantu lebih mengintensifkan makna dan rasa atau suasana puisi yang bersangkutan.
Marilah kita perhatikan dua buah cntoh puisi berikut ini,
Bukan tidak saya letakkan,
Buah delima di atas gudang
Untuk berbuka bulan puasa.
Bukan tidak saya katakan,
Saya hina dari orang,
Tuan katakan,tidak mengapa.
Pohon cempedak saya tanamkan,
Pohon nanas kutanbam juga,
Batang mengkudu pemagarnya.
Bukan tidak sya katakan,
Tuan emas, saya tembaga,
Tidak sejodo keduanya.
(M.I. Nasution,
PUJANGGA BARU,hal. 240)
DOA PERAHU
tuhanku
beritahu
kini
ke manakah
harus
kupergi
ke muara
menyongsong
laut
biru
ataukah
melawan
arus
menuju
hulu
(Ismed Natsir,
Horison, Oktober, 1974)
Dan masih banyak gaya yang lain, yang bisa saudara ciptakan sendiri.
Kutipan dari :
Buku Pengantar apresiasi puisi, s.suharyanto
penerbit :
widya duta - surakarta
maret 1981
Semoga bermanfaat dan Salam Sastra !
sumber: Dokumen Grup Facebook:
PUISI PATIDUSA